Analisa Film
Laskar Pelangi berawal dari sebuah novel yang dibaca dan diminati oleh ribuaan orang. Novel ini menceritakan tentang kalangan masyarakat pinggiran, perjuangan hidup menggapai mimpi yang mengharukan, dan tentang persahabatan, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia, lalu novel ini dijadikan film oleh Andrea Hirata.
Kisah ini mengikuti 10 anak yang sekolah di sebuah SD gubuk, yaitu SD Muhammadyah di Belitung, dimana keadaannya sekolahnya sudah tidak layak sekali untuk dipakai dan sangat berbeda dengan SD PN timah yang menggunakan meja2 baru dipoles dengan pensil yang selalu baru diserut, dengan seragam putih merah dan batik, sedangkan SD Muhammadiyah hanya menggunakan baju sehari-hari dan papan tulispun menggunakan kapur.
10 anak ini memiliki semangat belajar untuk bersekolah, dimana kedua gurunya ditekankan oleh departemen pendidikan untuk menutup sekolah tersebut, karena tidak ada angkatan lain selain angkatan 10 anak ini, namun kedua guru tersebut tetap tegar dan terus mengajar sampai pada akhirnya kepala sekolahnya meninggal di kantor, meninggalkan guru wanitanya sendirian mengajar 10 anak, sempat putus asa, namun ke 10 anak2 ini tetap tegar untuk terus belajar sendiri dan hal inilah yang membangkitkan semangat gurunya hingga akhirnya dia terus mengajar meskipun seorang diri. Gurunya hanya menekankan bahwa anak-anak ini harus belajar lebih tekun untuk mendapatkan hasil dan kemenangan yang membanggakan, SD Muhammadiyah mengikuti lomba cerdas cermat, yang terancam gagal karena seekor buaya menghalangi jalan anak yang paling pintar si Lintang, namun pada akhirnya SD Muhammadiyah menjadi juara, ketekunan 10 anak ini membawakan hasil yang tidak sia-sia mereka berhasil pulang membawakan piala.
Kreatifitas dan kecerdasan ke 10 anak tersebut membuat semua yang menonton sangat bangga dan terharu Karena jarang ada anak-anak seperti mereka. Contohnya ada salah satu seorang anak yang sangat mencintai musik, dia sering mendengarkan musik lewat radio dan baterai tersebut bisa digunakan kembali dengan menjemurnya diatas genting melalui sinar matahari, dan kreatifitas mereka dapat dilihat pada saat lomba, mereka menampilkan tarian dengan pakaian sederhana yaitu daun-daunan yang mereka rancang sendiri dengan tarian yang unik sehingga banyak orang yang tertarik untuk melihatnya, merekapun berhasil memenangkan lomba tersebut.
Meskipun keadaan sekolah mereka sudah tidak layak pakai, namun mereka tidak pernah berhenti bermimpi untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Lintang si anak paling pintar dianatara ke 10 anak tersebut, mempunyai harapan agar bisa menjadi orang yang besar, dan akhirnya apa yang dia inginkan tercapai berkat kesabaran yang dia punya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar